Selasa, 24 Juni 2014

Tubuh (jasmani) Manusia Tercipta sebagai Jalan Masuknya Dosa dan Ruhani Manusia tercipta sebagai jalan Pembersihnya


Bismillah...

mari kita renungkan bersama kenapa jasmani disebutkan sebagai jalan masuknya dosa,

- mata jalan masuknya dosa dari segala yg tidak pantas kita pandang,
- telinga  jalan masuknya dosa dari segala yg tidak pantas kita dengar,
- kaki  jalan masuknya dosa dari segala yg tidak pantas kita kita jalani/lewati,
- tangan  jalan masuknya dosa dari segala yg tidak pantas kita pegang/kerjakan,
- kulit  jalan masuknya dosa dari segala yg tidak pantas kita sentuh/rasakan,
- hidung  jalan masuknya dosa dari segala yg tidak pantas kita cium,
dan masih banyak lagi sisi jasmani yg bisa menjadi jalan masuknya dosa tersebut...
dan semua dosa tersebut bersemayam dalam hati/ruhani kita dari jalannya jasmani tersebut...
sehingga sudah tidak terhitung / tak terhingga lagi dosa yg telah kita lakukan dari semenjak terbukanya mata sampai kita kembali memejamkan mata,
apakah cukup hanya dengan shalat yg 5 waktu dalam 1 hari,
puasa yg 1 bulan dlm 1 tahun,
zakat yg kita lakukan semampunya,
berangkat haji 1 x seumur hidup,
apakah cukup semua amal yg kita lakukan untuk menghapus dosa yg tak terhingga tersebut dalam ruhani dgn amal yg sangat terbatas dari jasmani kita...?
secara logika tidak mungkin cukup jawabannya...!
manalah bisa menutup amal jasmani yg sangat terbatas (fana) menutup dosa yg tak terhingga tersebut...???

dan kenapa sang Ruhani sebagai pembersih dosa tersebut :
karena hanya Ruhanilah yg bisa beserta/hubungan/dzikir kepada Allah yang Maha Suci secara berkekalan,
sehingga terhimbaslah Kesucian Allah Yang Maha Suci tersebut kedalam diri kita melalui sang Ruhani kita tersebut,
sehingga terkikis habis semua dosa yg tak terhingga tersebut oleh Kemaha Sucian Allah Yang Tak Terhingga pula tersebut... :)
bila kita berhitung secara logika/matematika,
bilangan tak terhingga dikurangi bilangan tak terhingga tntu saja hasilnya Nol...!

itulah Ilmiyahnya Islam,
sehingga benarlah Sabda Rassulullah ini :
"Al-Islaamu 'ilmiyyun wa 'amaliyyun" -
"Islam adalah ilmiah dan amaliah." 
(HR. Bukhari)

oleh karena itu,
carilah cara agar Ruhani kita bisa dzikir/hubungan/beserta/ingat kepada Allah secara berkekalan,sehingga kita bs mengikis semua karat dosa kita yg tak terhingga tersebut.
agar kita selalu dalam syafa'atNya dari dunia ini sampai akhirat kelak.
bagi yg sudah mendapatkan Ilmu tersebut,
pertahankan dengan segenap kemampuan,
bahkan bila perlu nyawa pun sebagai taruhannya dalam mempertahankan Ilmu tersebut...!
bagi yg belum mendapatkan Ilmu tersebut,
berusahalah dengan sungguh sungguh dan segala daya dan upaya untuk mendapatkannya,
agar kita selamat dari dunia ini sampai akhirat kelak tentunya...!

Sekedar Berbagi.

Rabu, 18 Juni 2014

Apa Bedanya orang yg SHOLAT,dengan orang yg INGAT ALLAH....??

Bismillah...

sekedar mengulang jawaban dari salah satu pertanyaan sahabat,
semoga bermanfa'at untuk kita semua dan ada hikmah dibalik jawaban tersebut.
========================================================

Pertanyaan:
* Apa bedanya orang yg SHOLAT,dengan orang yg INGAT ALLAH....??*

jawaban :
agak menarik walau sebenarnya bkn untuk dibahas persoalan diatas tp untuk diperbuat... 
perbedaan shalat dgn Ingat Allah menurut pemahaman yg sudah saya terima,
tergantung dr sudut pandangnya.
dan sebenarnya jawabannya adalah sama,
karena ada keterangan yg berbunyi:

Allah berfirman
“ Sesungguhnya Aku ini adalah Allah,
tidak ada Tuhan selain Aku,
maka sembahlah Aku dan dirikan shalat untuk MENGINGAT-KU’.
(QS. At Thoha 20: 14)

tapi bila kita kaji lbh dalam,
ada sedikit perbedaan yg teramat mendasar dihasil akhirnya.
bila sudah hubungannya dgn ingat,
tentu bkn perbuatan Jahir saja yg dilakukan dlm shalat tersebut,
akan tetapi dgn disertai dgn perbuatan batin/ruhani.
sehingga terciptalah yg dinamakan KHUSYU dalam Shalatnya (khusyu jahir dan batin).

Khusyu secara Jahir:
sang jahir/badan melaksanakan semua rukun shalatnya dgn tertib dalam shalatnya,

Khusyu secara batin/ruhani:
tiada yg diingat selain Allah (selalu beserta Allah),

nah unsur yg kedua itulah yg menentukan diterima atau tidaknya shalat kita itu oleh Allah SWT kelak dikala dihisab,
dan itu sudah diperingatkan Allah SWT dlm salah satu FirmanNya :

“Maka celakalah orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dalam shalatnya..”
[QS.Al-Ma’un(107): 3-4]

lalai dalam shalatnya mengingat Allah disini artinya,
sang hati/ruhani mengingat yg lain selain Allah,
contoh:
terkadang bahkan kebanyakan orang,
badannya/jahirnya benar dan tertib melaksanakan semua rukun salatnya,
akan tetapi dalam shalatnya hati dan fikiran dia teringat kerjaan, tugas, anak, istri dll selain Allah,
itulah yg disebut "Lalai dalam shalatnya"

oleh karena itu alangkah pentingnya Ilmu tentang hal tersebut,
dan Ilmu (tata cara) tersebut tidak diajarkan dalam Ilmu Syari'at (FIKIH),
akan tetapi hanya dalam Ilmu Keruhanian Islam (Tasawuf Islam) diajarkan metodologi (tata cara) tentang mencapai keKhusyuan Ruhani kita dalam shalat tersebut.
oleh karena itu,
agar tidak sia sia Shalat kita,
maksudnya sia sia disini,
agar amal kita nmengandung unsur ibadah dan tidak nol hasilnya dihadapan Allah SWT,
tentu saja kita harus mendapatkan Ilmu tersebut,
agar kita mendapatkan keselamatan dan Syafa'atNya dikala dihisab Kelak...

Siapa yang mentaatiku maka ia masuk surga dan siapa yang tidak taat padaku maka ialah yang enggan” (HR Al-Bukhari)

Bismillah...

terbesit dalam hati disaat membaca hadits ini,
walau bukan Syurga tujuan Utama kita beribadah kepada Allah SWT,
tapi hanya Ridha dan Rahmat serta syafa'atNya yg harus kita harapkan.
akan tetapi karena manusia masih banyak yg tergiur dgn hal tersebut dalam melakukan ibadah,
maka saya akan mencoba mengingatkan dan meluruskan Hal tersbut disini...

“Setiap ummatku akan masuk surga, kecuali yang enggan!” 
maka shahabat bertanya,
siapakah yang enggan itu wahai Rasulullah? 
Nabi menjawab, 
“Siapa yang mentaatiku maka ia masuk surga dan siapa yang tidak taat padaku maka ialah yang enggan”
(HR Al-Bukhari)

sudah ditegaskan oleh Rasulullah dalam sabdanya diatas,
“Siapa yang mentaatiku maka ia masuk surga dan siapa yang tidak taat padaku maka ialah yang enggan”

artinya kita harus mengikut apa yg diperintahkan Allah melalui RasulNya,
serta memperbuat apa yg dicontohkan Rasulullah,
nah itu hanya bs diperbuat disaat jamannya Rasulullah oleh Umat Beliau dijaman itu yg hidup bersama sama dgn Beliau,sehingga bisa bersentuhan, melihat dan mendengar langsung apa apa yg diucapkan dan diperbuat Rasulullah dijaman itu.
dan disaat sekarang ini,
kita tidaklah hidup dijaman Beliau sehingga kita tdk bs langsung melihat dan mendengar apa yg diucap dan diperbuat Rasulullah SAW,
akan tetapi bkn berarti kita tidak bisa mendengar dan mencontoh Rasulullah dijaman sekarang ini,
karena maasih ada Penerus dan Pewaris Rasulullah SAW hingga akhir jaman kelak,
yaitu Al Ulama Warisyatul Anbya,
dan itu ditegaskan Rasulullah dalam beberapa Sabdanya:

Al-Ulama'u Warishatul Ambiya. 
"Sesungguhnya Ulama itu adalah pewaris Nabi"
(HR. Muslim)

Kanat banu-isroila tasu suhumul 'anbiyau, kullama halaka Nabiyyun kholafahu Nabiyyun. Wainnahu laa Nabiyya ba'di wasa takuunu khulafa'u fataktsuru 
"Dulu Bani Israil diurusi dan dipelihara oleh Nabi. Setiap kali seorang Nabi meninggal, Nabi yang lain menggantikannya. Sesungguhnya tidak ada Nabi Sesudahku dan ada para Khalifah yang berjumlah banyak".
(HR. Bukhari - Muslim)


merekalah dijaman sekarang ini yg harus kita cari,
merekalah dijaman sekarang ini sebagai pembimbing dan penuntun kita dalam beragama,
merekalah para Khalifah Rasulullah disetiap jaman smp akhir jaman sebagai penerus Ilmu Rasulullah sampai akhir jaman.
bukan Ulama sekedar Ulama yg kebanyakan mengakui dan diakui seama ini,
bukan sekedar jubahnya yg panjang,
bukan sekedar sorbannya yg melingkar,
bukan sekedar hafalnya dalil al qur'an,
bukan sekedar fasihnya berbahsa arab,
untuk patokan dia disebut sebagai Ulama warisyatul Anbya,

akan tetapi,
sudah lengkap Ilmunya bak itu ilmu syri'at (fikih) maupun Ilmu hakikatnya (ilmu keruhanian islam),
dan yg terpenting,
jelas asal muasal Ilmunya tersebut darimana,
jelas silsilah Keilmuannya tersebut dari Guru Ke Guru hingga Rasulullah SAW,
dan seorang Uama Warisyatul Anbaya berani ikut mempertanggung jawabkan semua Ilmu yg mereka ajarkan pada murid/jamaahnya sampai kelak dihadapan Allah SWT sebagai #Saksi atas Ilmu yg mereka ajarkan selama didunia ini...!


dan hal tersebut ditegaskan oleh Allah SWT dalam FirmanNya:
Wa yauma nab'atsu fii kul-li um-matin syahiidan 'alaihim min anfusihim wa ji'naa bika syahiidan 'alaa haa-ulaa.
Dan ingatlah suatu hari, ketika Kami (Alloh) bangkitkan tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dan untuk mereka sendiri, lalu Kami datangkan engkau (Muhammad) menjadi saksi atas mereka (sebagai umatnya). 
(QS. An-Nahl : 89).

Wal-ladziina 'amanuu billahi warosulihi ulaika humush-shiddiquun wash-syuhadaa'u 'indarob-bihim.

Dan orang-orang yang benar beriman kepada Alloh dan Rosul-NYA, mereka itu orang-orang Siddiqin, dan orang-orang   yang   menjadi  saksi di sisi Tuhannya 
(QS. Al-Hadid : 19).

(tentu saja bagi murid yg patuh dan taat atas segala apa yg diajarkan sang Ulama tersebut )
semoga menjadi bahan renungan kita semua...

wassallamu'alaikum....