Kamis, 11 September 2014

Kitabullah Yang Tersurat

Bismillah...

Al Islamu ilmiyyun wa ‘amaliyyun.
"Islam itu ilmiah dan amaliah"

Al Islamu ya’luun walaa yu’laa alaihi
"Islam itu sangat tinggi ilmiah dan amaliahnya, 
tidak ada yang melebihi dan mengalahkannya".

Ilmu alam (biologi, fisika, kimia dan matematika) adalah firman-firman Allah yang tidak tertulis dalam Al-Qur’an,
tetapi tertulis di alam semesta,
ini terbukti dalam salah satu firman-Nya :

Sanurihimayatina fil-afaqi wafil anfusihim hatta yata bayyana lahum annahul ‘ala kulli syai-insyahid.
"Kami perlihatkan kepada mereka ayat-ayat KU(tanda-tanda kekuasaan KU) disegenap ufuk dan pada diri mereka sendiri,
sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu benar 
dan apa Tuhanmu tidakcukup (bagimu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu"
(QS.An-Fushilat : 53)

artinya,
bukan hanya kitab yg tertulis saja sumber Ilmu untuk kita menggali tentang begitu Hebatnya kekuasaan Allah SWT,
sehingga kita semakin Taqwa dan Beriman kepadaNya,
dan berani berjuang dgn seddaya upaya bahkan bila perlu nyawa taruhannya untuk melaksanakan semua perintahNya.
akan tetapi kita sebagai manusia biasa yg tentu saja aamat sangat terbatas kemampuannya dalam mengkaji dan memahami semua itu,
tidak akan cukup hanya mengandalkan akal dan fikiran sendiri dalam menerjemahkan Kitabullah tersebut,
tentu memerlukan seseorang yg teramat ahli dibidangnya agar kita tidak tersesat bahkan menyesatkan yg lainnya karena pemahaman hasil olah akal dan fikiran kita sendiri yg sempit dan terbatas...!

carilah orang yg ahli dibidangnya tersebut,
dan hal tersebut sudah diperintahkan Allah dalam sebuah firmanNya:

" Fas-aluu ahladzdzikri inkuntum laata' lamuuna " 
- Makabertanyalah kepada ahli dzikir (orang yg berilmu pengetahuan) jika kamu tidak mengerti.
( Qs. An Nahl ayat 43.)

karena akan fatal akibatnya bila kita mengamalkan dan memahami Kitabullah (Kalamullah) tersebut bila tanpa Ilmu,
dan itu sudah diingatkan Rasulullah dalam sabdanya:

Barang siapa yang berbicara tentang sesuatu berkenaan dengan Al Quran tanpa ilmu, 
maka bersiap-siaplah menempati tempatnya di neraka. 
(Hadis Riwayat Tirmidzi Dan Ahmad)"

dan juga ditegaskan oleh salah satu Ulama Salaf yg terkenal dizamannya:
“Barang siapa yang menuntut ilmu tanpa bimbingan Syekh (Guru Mursyid) maka wajib setan Gurunya” 
(Abu Yazid al-Bisthami).

oleh karena itu,carilah sang Ahli tersebut,
belajarlah pada mereka,
mengikutlah kepada mereka,
mengabdilah kepada mereka,
dan berjuanglah bersama mereka untuk meraih kebahagiaan dari dunia ini sampai akhirat kelak tentunya,,, :)

selamat berjuang dan mencarinya bagi sahabat yg belum menemukannya,
semoga segera dipertemukan olehNya,
dan semua memerlukan kesungguh sungguhan,
yakinlah bila kita bersungguh sungguh dalam berusaha,
Allah SWT pasti akan menunjukannya...!

dan bagi sahabat semua yg telah menemukannya,
selamat berjuang mempertahankan apa yg sudah kita dapatkan,
bila perlu nyawa sebagai taruhannya,
karena yg dipertaruhkan adalah keselamatan dan kebahagiaan yg kekal abadi selamanya...!

Pengertian "Ingat Allah" dari sudut pandang Ilmu Keruhanian Islam (Tasawuf Islam).

Bismillah...

Allah SWT berfirman :

“Berdzikirlah (Ingatlah) kamu pada-Ku, niscaya Aku akan ingat pula padamu! ” 
(Al–Baqarah :152)

“…Yakni orang-orang dzikir (ingat) pada Allah baik diwaktu berdiri, ketika duduk dan diwaktu berbaring”.  
(Ali Imran :191)

“Dan terhadap orang-orang yang banyak dzikir (ingat) pada Allah, baik laki-laki maupun wanita, Allah menyediakan keampunan dan pahala besar”.  
(Al-Ahzab :35)

“Yaitu orang-orang yang beriman, dan hati mereka aman tenteram dengan dzikir pada Allah. Ingatlah dengan dzikir pada Allah itu, maka hatipun akan merasa aman dan tenteram”.    
 (Ar-Ro’d : 28)

dan banyak lg Firman Allah SWT tentang tersebut,
disana dikatakan Dzikir = ingat =beserta = hubungan.
pengertian Ingat dalam hal yg berhubung dgn Dzat Wajibal wujud yaitu Allah SWT tidaklah seperti kita mengingat/ingat terhadap makhluk ciptaanNya yg tentu saja berwujud adanya.
artinya bisa dipandang secara kasat mata dan bisa dihadirkan wujudnya tersebut dalam ingatan kita.
manalah bisa kita mengingatk Allah disamakan dengan mengingat makhluk CiptaanNya,
karena Allah sifatnya laisyakamislihi,
tidak ada satupun yg menyamaiNya...!
sungguh rendah adanya Allah SWT bila disamakan dengan MakhlukNya..!

jadi INGAT Allah disini artinya HUBUNGAN/BESERTA Allah,
karena kita bisa hubungan/beserta walau tanpa bisa melihat,
itulah salah satu bukti bahwa bahasa manusia itu teramat terbatas dalam memahamkannya,
hanya seseorang yg dia sudah Beserta Allahlah yg bisa memahamkan dengan jelas Kalamullah yg sesungguhnya...!
dalam memperbuat mengingat/hubungan/beserta Allah tersebut
tentu saja harus dengan tata cara/metodologi yg diajarkan Rasulullah SAW caranya,
dan itu ditegaskan Rasulullah dlm sabdanya:

“Jadikanlah dirimu beserta dengan Allah, 
jika kamu belum bisa menjadikan dirimu beserta dengan Allah 
maka jadikanlah dirimu beserta dengan orang yang telah beserta dengan Allah, maka sesungguhnya orang itulah yang menghubungkan engkau (rohanimu) kepada Allah”
(H.R. Abu Daud).

bukan denga cara sendiri atau hasil olah akal/fikiran sendiri kita mengerjakannya.
manalah akal/fikiran yg bersifat fana ini bisa menembus sesuatu yang Kekal bahkan Maha Kekal...?
Rasulullah saja yang seorang Nabi dan Rasul,
dia bisa besrta / hubungan/ ingat kepada Allah tdk dgn cara sendiri,
akan tetapi dibimbing dan dituntun oleh Malaikat Jibril as.
apakah kita lebih hebat dari seorang Rasulullah?
yang mengaku bisa kenal kepada Allah,
bisa besrta Allah?
bisa mengingat Allah dengan cara sendiri...???
bila ada yg merasa demikian,
sungguh dia lebih hebat daripada Rasulullah yg dalam mengenal dan beserta Allah saja dituntun dan dibimbing oleh Malaikat Jibril...!
na'udzubillah.....

Pemahaman Kitabullah dari sudut pandang Ilmu Keruhanian Islam

Bismillah....

Ilmu itu terletak dimana saja,
bukan hanya yg tertulis dalam kitab kitab ( Al Qur'an dan Al Hadits serta kitab kitab yg lainnya).
semua yg ada didunia ini adalah kitabul wujud yg harus kita baca dan pahami tentunya,

dan ditegaskan Allah SWT dlm FirmanNya:
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, 
kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy untuk mengatur segala urusan. 
Tiada seorangpun yang akan memberi syafa`at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian itulah Allah, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia. 
Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?. 
(Qs. Yunus: 003)

akan tetapi,
untuk memahami semua itu,
tentu saja tidak mungkin dengan hanya menggunakan olah akal fikirna kita sendiri yg bersifat Fana/terbatas,
karena Kalamullah berasal dr Dzat Yang Maha Tak terhingga,
tentunya bermuatan yg tak terhingga pula isinya,
dan manalah mungkin akal/fikiran kita sendiri yg fana/terbatas dapat menembus sesuatu ilmu yg tak terhingga.
imvosible bukan?
bukan kah begitu logikanya?

pantaslah Rasulullah SAW mengingatkan kita dalam Sabdanya:
"Barang siapa yang berbicara tentang sesuatu berkenaan dengan Al Quran tanpa ilmu, 
maka bersiap-siaplah menempati tempatnya di neraka"
(Hadis Riwayat Tirmidzi Dan Ahmad)"

oleh karena itu,
carilah faktor tak terhingga lagi agar kita bisa mencapai seseuatu yg tak terhingga pula,
tentu saja faktor tak terhingga tersebut harus berasal dari Yang Maha Tak Terhingga pula tentunya.

contoh logikanya:
apa yg bisa sampai /hubungan/beserta kepada Matahari?
tentu saja harus yg berasal dr Matahari itu sendiri yg bisa sampai kepadanya,
karena tidak ada satu bendapun didunia ini yg bisa sampai ke matahari/hubungan,
sebelum sampai pasti sudah hancur lebur.
akan tetapi sebenarnya kita bisa hubungan/sampai kematahari tersebut dengan cara menghubungi/beserta sesuatu yg berasal dr matahari yg sampai kepd kita didunia ini.
apakah sesuau yg berasal dr matahari tersebut yg bisa kita hubungi/sertakan/ capai oleh kita?
itulah Sinar Matahari yg sampai kepada kita yg juga berasal dari matahari itu sendiri,
sertakan/hubungkan diri kita dengan sinar matahari tersebut,
saat itu juga kita sudah sampal/beserta/hubungan dengan matahari tersebut.
bukankah begitu logikanya...???
itulah Islam yg Ilmiyah dan amaliyah..!

dimanakah kita bisa menemukan Faktor tak terhingga tersebut?
tentu saja adanya didada Rasulullah SAW yg diwariskan kepada para Pewarisnya Hingga Akhir zaman..!
yaitu Al Ulama warisyatul anbya.

"Sebenarnya, Al-Qur'an (al furqon hakiki)  itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu (beriman). 
Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim."
( Al-'Ankabuut : 49 )

dan hal tersebut diperintahkan Rasulullah SAW dalam sabdanya:
“Jadikanlah dirimu beserta dengan Allah, 
jika kamu belum bisa menjadikan dirimu beserta dengan Allah 
maka jadikanlah dirimu beserta dengan orang yang telah beserta dengan Allah, maka sesungguhnya orang itulah yang menghubungkan engkau (rohanimu) kepada Allah”
(H.R. Abu Daud).

carilah mereka,
belajarlah pada mereka,
mengabdilah pada mereka,
berjuanglah bersama mereka,
pasti kita akan mengerti dan memahami semua Kalamullah baik yg tersurat maupun yg tersirat...

Pengenalan Diri dan Pengenalan Kepada Allah atas asas ilmu Logika Islam

Bismillah

Allah itu bukan di HURUF,
bukan di " alif lam lam ha" dlm huruf Arab,
bukan pula di " a l l a h" dalam huruf Latin,
akan tetapi di Dzat wajibal wujud yg laisyakamislihi adanya...

bila kita hanya mengkaji huruf tersebut,
sampai kapanpun kita tak kan pernah mengenalNya.
palagi sampai kepadaNya,
karena kajian tersebut hanyalah merupakan hasil olah akal/fikiran manusia belaka yg bersifat fana/terbatas.
sehingga akan menimbulkan berbagai pemahaman sesuai kadar pemikiran sang akal masing masing manusia.
dan tentu saja mereka yg mengkaji hal tersebut yg didapat hanyalah sebagai seorang Ahli Kalam...!
manalah mungkin sesuatu yg fana bisa menembus pada sesuatu yg maha tak terhingga adanya,
bukankah bgt logikanya...?

sedangkan Allah SWT yg merupakan Dzat wajibal wujud dan laisyakamislihi,
yg bermuatan tak terhingga dan maha kekal,
hanya akan bisa dicapai oleh sesuatu yg kekal dan tak terhingga juga dalam diri kita tentunya,
bukan sekedar dari hasil olah akal /fikiran yg bersifat fana/terbatas.

apa yg kekal dalam diri kita ini...?
sebenarnya ada unsur yg kekal dalam diri kita ini,
hanya tidak semua org menyadari dan mengetahuinya,
sehingga terasa awam dan tidak mengenal atas apa yg ada pada dirinya sendiri,
maka wajarlah kita tak bisa mengenal Allah SWT yg maha Segalanya,
sedangkan mengenal diri sendiri saja kita tidak mampu...!
maka benarlah isi dari salah satu hadits Qudsi ini:
"barang siapa mengenal dirinya,
maka dia akan mengenal Tuahnnya"

sungguh teramat ilmiyah dan logikanya Ilmu dalam agama Islam ini...!
sudahkah kita mengenal siapa sebenarnya diri ini?
apa yg ada didalam diri ini?
untuk apa Allah menciptakan diri ini?
apa yg ada dlm diri ini yg bisa sampai kepadaNya?

bila sudah,
bersyukurlah atas apa yg telah Allah berikan pengenalan pada diri kita ini.

bila belum,
carilah seseorang yg bisa mengajarkan akan pengenalan pada diri ini agar selanjutnya kita bisa mengenal Allah SWT Tuhannya kita sebagai umat Islam.
manalah bisa kita mencari pengenalan kepada Allah SWT dgn cara sendiri,
sedangkan junjungan kita saja yaitu Baginda Yang Agung Nabi Muhammad SAW untuk mengenal Allah SWT masih melalui bimbingan Malaikat Jibril as. dalam menuju pengenalan KepadaNYa,
apakah kita lebih hebat dari Rasulullah?
sehingga bisa mencari dan mendapatkan pengenalan kepadaNya hanya dengan hasil usaha diri sendir tanpa penuntun dan pembimbing...?
bukankah begitu logikanya...?

Selasa, 19 Agustus 2014

Tingkatan Iman dari Sudut Pandang IImu Keruhanian Islam.

1. Iman Taqlid,
============
Iman yg hanya sekedar mengikut apa yg dikatakan orang yg dia imani (percayai) tanpa pernah berusaha mencari kebenaran yg hakiki.
yang penting melaksanakan apa yg diperintah orang yg dipercayainya.
2. Iman Ahli Kalam,
===============
Iman yg didasari Ilmu Pengetahuan hanya dari membaca kitab kitab yg ada tanppa seorang Pembimbing yang Ahli dibidangnya dengan cara mencari sendiri.
tentu saja dia sudah beriman secara syaria'at dengan mengetahui hukum2 syari'at yg sudah dia pelajari tentunya.
3. Iman Rabbani.
=============
Iman mengikuti seorang yang AHli dibidang AGama (Islam),
baik itu Ahli dibidang Ilmu syari'atnya maupun Ilmu Hakikatnya,
sehingga keImanannya tersebut diperbuat secara zahir dan batin,
secara syari'at dan hakikat tentunya.
dan itulah yg disebut Iman yang Kaffah (keseluruhan) zohiru wa batinu...
nah dimanakah kita keimanan kita disaat ini berada?
hanyalah Kita dan Allah SWT tentunya yg mengetahuinya.... 

Islam itu adalah Agama yang penuh KEPASTIAN...!

Bismillah...

"Al-Islaamu 'ilmiyyun wa 'amaliyyun" -
"Islam adalah ilmiah dan amaliah."
(HR. Bukhari).
segala sesuatu/ilmu tentang Islam harus/wajib bisa diterima oleh akal/ilmiah,
setelah bisa diterima oleh akal maka perbuatlah (amaliah).
dan Ilmu TASAWUF ISLAM yang BENAR harus diatas Ilmu SYARI'AT ISLAM yang BENAR juga tentunya...!
Agama Islam adalah Agama yang penuh kepastian,
Dalam Agama Islam Bila kita melaksanakan semua PerintahNya,
dan menjauhi semua laranganNya,
PASTI Selamat...!

Dalam Agama Islam Bila kita yakin bahwa Muhammad bin Abdullah adalah Nabi dan RasulNya,
PASTI Selamat...!

Dan bila kita meyakini bahwa hanya Agama Islamlah dizaman sekarang ini
yang bisa menjamin keselamatan kita,
baik di dunia ini maupun sampai akhirat kelak,
PASTI dijamin Selamat...!
“... Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu...”
[al-Mâidah/5:3]
Sesungguhnya agama di sisi Allâh ialah Islam…
[Ali ‘Imrân/3:19]
Dan barangsiapa mencari agama selain agama Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi.
[Ali ‘Imrân/3:85]
siapakah yang berani menjamin PASTI Selamat tersebut...?
tentu saja Allah SWT yang menjaminnya,
dari siapa kita tahu bila Allah SWT PASTI menjamin selamat kita,
tentu saja melalui MandatarisNya,
yaitu Baginda Yang Agung Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi dan RasulNya yg terakhir.
Kanat banu-isroila tasu suhumul 'anbiyau, kullama halaka Nabiyyun kholafahu Nabiyyun. Wainnahu laa Nabiyya ba'di wasa takuunu khulafa'u fataktsuru
"Dulu Bani Israil diurusi dan dipelihara oleh Nabi. Setiap kali seorang Nabi meninggal, Nabi yang lain menggantikannya.
Sesungguhnya tidak ada Nabi Sesudahku dan ada para Khalifah yang berjumlah banyak".
(HR. Bukhari - Muslim)
semua tetap dalam system dan jalanNya,
semua bisa PASTI karena ada system yg menjalankannya,
begitu juga kita dalam beramal ibadah,
ada system yg harus kita jalankan agar Amal serta Ibadah kita PASTI sampai kepadaNya,
dan PASTI bisa menyelamatkan kita tentunya.
contoh:
Bila kita melaksanakan SHALAT,
kita harus PASTI bisa melaksanakannya sesuai dengan Perintah Allah SWT dan yg telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW pembawa RisalahNya.
dan kita juga harus yakin dan PASTI bahwa SHALAT kita itu sampai dan diRidhoiNya,
sudahkah SHALAT kita pasti sampai dan diterima serta diridhoi olehNya..?
sudahkah kita merasa PASTI dalam beramal ibadah,
Sampai ke hadiratNya....???
bila kita belum pasti,
artinya kita belum mendapatkan system yg bisa membuat kepastian dalam beramal ibadah kepadaNya... 
padahal Islam itu adalah Agama yang penuh KEPASTIAN...!

Al Islamu ya’luun walaa yu’laa alaihi.
"Islam itu sangat tinggi ilmiah dan amaliahnya,
tidak ada yang melebihi dan mengalahkannya"

.

Tujuan dari Ilmu Tasawuf Islam (Ilmu Keruhanian Islam)


Bismillah...
Sering bagi kita yg belum mengenal sebenar benarnya tentang tujuan dr memperbuat/mengamalkan Ilmu Tasawuf Islam ini bertanya tanya,
untuk apakah tujuan kita mengamalkan Ilmu Tasawuf (keruhanian) Islam itu sesungguhnya...???
disini saya akan mencoba sedikit menjelaskan tentang hal tersebut,
tentu saja dari sudut pandang dan pemahaman yg sudah saya terima selama menjalankan Ilmu Tasawuf Islam (ilmu keruhanian islam) yg sudah saya temukan ini,
kurang dan lebihnya saya mohon maaf sebelumnya.
semoga bermanfa'at...
Ilmu Tasawuf Islam adalah serpih dari belahan Ilmu Islam yg mengajarkan tata cara (metodologi) sang hati Ruhani untuk selalu beserta/hubungan/ingat/dzikir kepadaNya,
dan itu diperintahkan Allah SWT dalam FirmanNya:
“Berdzikirlah (Ingatlah/hubungkanlah/besertalah) kamu pada-Ku, niscaya Aku akan ingat pula padamu! ”
(Al–Baqarah :152)
“…Yakni orang-orang dzikir pada Allah baik diwaktu berdiri, ketika duduk dan diwaktu berbaring”.
(Ali Imran :191)
sehingga Hati Ruhani kita bisa terhimbas dr sifat Ke Maha Suci an Allah SWT,
dan menjadikan Hati / Ruhani kita tersucikan dari sifat sifat tercela yg semuanya bermuara dalam hati/ruhani kita,
seperti sifat sifat:
iri, dengki, sombong, ria dan masih banyak sifat tercela lainnya,
yang sering disebut sebagai penyakit hati.
sehingga hati/ruhani kita menjadi tenang,damai dan bahagia selamanya.
dan hal tersebut ditegaskan Allah SWT dalam FirmanNya:
“Yaitu orang-orang yang beriman, dan hati mereka aman tenteram dengan dzikir pada Allah. Ingatlah dengan dzikir pada Allah itu, maka hatipun akan merasa aman dan tenteram”.
(Ar-Ro’d : 28)
dan tujuan utama dari Ilmu Tasawuf Islam (ilmu keruhanian Islam) ini adalah :
agar sang Ruhani/hati tersebut bisa mengenal Allah SWT sebagai Tuhannya...!

bila Hati/ruhani kita sudah bisa mengenal Allah sebagai Tuhannya,
tentu saja sang Ruhani/hati tersebut akan bisa mengetahui jalan pulang untuk kembali kepadaNya dan tidak tersesat dalam mencari jalan kembali kepadaNya tersebut.
karena jasamani yg bersifat zahir dan fana tidak mungkin akan bisa mengenal Allah yang bersifat maha Ghaib dan Maha Kekal,
hanya yg bersifat Ghaib dan kekal sendiri yg akan bisa mengenalNya.
dan tentu saja hanya Hati/ruhani kita yg bersifat kekal dan ghaib yg bisa mengenalNya.
hanya sesuatu yg bersifat sama yg bisa saling berhubungan tentunya,
bukan kah begitu logikanya...?
al islami ilmiyun, wa'amaliyun.
islam itu ilmiyah (logika), dan bisa diamalkan (dibuktikan)
(HR.Bukhari)
Ilmu Hakikat yg benar tentu saja harus diatas ilmu syari'at yg benar juga... 

KEBENARAN tentang ILMU TASAWUF ISLAM

seorang Imam Mazhab yg begitu tinggi Ilmu syari'atnya saja masih mengakui dan menjalankan amalan para Sufi yaitu Ilmu Tasawuf Islam (Ilmu Keruhanian Islam),
Imam Shafi’i: 
“Saya bersama orang sufi dan aku menerima 3 ilmu :
1. mereka mengajariku bagaimana berbicara
2. mereka mengajariku bagaimana meperlakukan orang
dengan kasih dan hati lembut
3. mereka membimbingku ke dalam jalan tasawwuf
[Kashf al-Khafa and Muzid al-Albas, Imam 'Ajluni, vol.1, p. 341.]
dan tentu saja Ilmu Keruhanian Islam yg masih murni terjaga dari zaman Rasulullah SAW hingga saat ini yg dibawa oleh para Pewarisnya yaitu Al Ulama warisyatul anbya,
bukan sekedar asal Ilmu Tasawuf,
bukan sekedar ajaran Thariqat,
Ilmu yg harus jelas silsilah keturunan atau asal muasal sang pembawa Ilmu tersebut dan tak terputus sampai akhir jaman.
dan bisa dibuktikan dengan otentik keabsahan Ilmu tersebut,
baik sebelum mengamalkan maupun setelah kita mengamalkan Ilmu tersebut,
serta berbekas dalam hati kita,
sehingga bisa merubah cara pandang,
cara hidup,
cara berfikir,
dan cara yg lainnya kearah yang lebih baik dari sebelumnya.
bila hal tersebut tidak bs dibuktikan,
tentu saja harus diragukan kemurnian Ilmu tersebut...!
Ilmu Tasawuf Islam / Ilmu Keruhanian Islam,
adalah sebuah Ilmu yg sebenarnya teramat sangat diperlukan dalam hal kita beragama.
dan itu dipertegas juga oleh salah satu Imam Mazhab yg lainnya yang tak kalah hebatnya Beliau dalam hal ilmu syari'at,
sehingga Beliau dijadikan salah satu rujukan Umat Islam disaat ini dalam menjalankan syari'at Agama Islam :
Imam Malik :
Barangsiapa mempelajari/mengamalkan tasawuf tanpa fikih,
maka dia telah zindik,
dan barangsiapa mempelajari fikih tanpa tasawuf dia tersesat,
dan siapa yang mempelajari tasawuf dan fikih dia meraih kebenaran.”
(dalam buku ‘Ali al-Adawi dari keterangan Imam Abil-Hassan, ulama fikh, vol. 2, p. 195)
alangkah mengherankannya bila masih ada yg meragukan bahkan mengatakan tidak ada tuntunannya tentang amalan para Sufi atau Ilmu Keruhanian Islam ini.
dan secara tidak langsung mereka meragukan atas keimanan dan keilmuan para Imam Mazhab itu tentunya...!

astagfirullah...

MENGIKUT

Bismillah...

tidak pernahkah kita berfikir,
bahwa dalam menjalankan Agama Islam itu sebenarnya kita hanya disuruh mengikut...?
yaitu,
mengikut Perintah Allah SWT yg disampaikan melalui RasulNya,
dengan cara mengikut perbuatan serta ucapan Rasulullah SAW...
bagaimana kita bisa mengaplikasikan kalimat mengikut tersebut...?
sedangkan kita terpaut lebih dari 1400 thn dari zaman Rasulullah masih berada secara zahir dan batin dialam dunia ini.
disinilah sebenarnya Allah memberi akal dan fikiran untuk mencari caranya agar kita bisa mengaplikasikan kata mengikut tersebut...
al islami ilmiyun, wa'amaliyun...
(HR. Bukhari)
tidak semata mata Rasulullah bersabda :
Kanat banu-isroila tasu suhumul 'anbiyau, 
kullama halaka Nabiyyun kholafahu Nabiyyun. 
Wainnahu laa Nabiyya ba'di wasa takuunu khulafa'u fataktsuru
"Dulu Bani Israil diurusi dan dipelihara oleh Nabi. 
Setiap kali seorang Nabi meninggal, 
Nabi yang lain menggantikannya. 
Sesungguhnya tidak ada Nabi Sesudahku dan ada para Khalifah yang berjumlah banyak."
(HR. Bukhari - Muslim)
Al-Ulama'u Warishatul Ambiya. Sesungguhnya Ulama itu adalah pewaris Nabi
(HR. Muslim)
karena disabda Beliau itulah jalan untuk mengaplikasikan (mempraktekan) kata mengkut tersebut,
kenapa demikian...???
mungkin jasmani Beliau sudah tidak ada dimuka bumi ini (berlindung/meninggal dunia/mati),
akan tetapi sesungguhnya Ruhani Beliau tak pernah mati,
Ruhani Beliau yg bermuatan Nurmuhammad selalu berada didunia ini beserta para Pewarisnya hingga akhir zaman...!
sesuai dengan Sabdanya:
“Jadikanlah dirimu beserta dengan Allah,
jika kamu belum bisa menjadikan dirimu beserta dengan Allah
maka jadikanlah dirimu beserta dengan orang yang telah beserta dengan Allah,
maka sesungguhnya orang itulah yang menghubungkan engkau (rohanimu) kepada Allah”
(H.R. Abu Daud).
bukankah Rasulullah adalah orang yg sudah bisa besertaNya...?
maka benarlah sabda Rasulullah diatas adanya...
siapakah para Pewarisnya dizaman sekarang ini...?
merekalah Al Ulama warsyatul anbya yg berada disetiap zamannya.
”Muliakanlah ulama, maka sesungguhnya mereka itu pewaris Nabi-nabi, 
barangsiapa yang memuliakan ulama-ulama,
maka sesungguhnya ia telah memuliakan Allah dan Rasul-Nya”.
(Riwayat Khatib dari Jabir dari kitab Mukhtarul Ahadits, hal.134)
dan sesungguhnya hanya Ulamalah disaat sekarang ini yg paling takut/taqwa kepadaNya,bukan yg lainnya...!
sesuai dengan FirmanNya:
In-namaa yakhsalloha min ibaadihil 'ulamaa-u.
"Hanya Ulama sajalah di antara hamba-Nya yang benar-benar takut kepada Alloh SWT."
(QS. Al-Fathir : 28).
carilah mereka,
mengikutlah pada mereka,
karena hanya merekalah penuntun, pembimbing dan penunjuk jalan untuk kembali kepadaNya hingga kita tak akan pernah tersesat lagi karenanya..!
karena merekalah dizaman sekarang ini yg bisa memberi pertolongan,
baik itu didunia ini bahkan sampai akhirat kelak.
dan hal tersebut ditegaskan Rasulullah dalam Sabdanya:
Yasfa'u yaumal qiyaamatil ambyia'u tsummal Ulamaa'u tsummasy - syuhadaa'u.
"Yang memberi Syafa'at (pertolongan) di hari qiamat adalah para Nabi, Ulama dan Syuhada
(HR. Ibnu Majah)
semoga kita termasuk orang yg diberi petunjukNya...

SOMBONG

Bismillah...

dari AbuHurairah Ra.,
bahwasanya Rasullullah SAW bersabda:
“Jika ada seseorang berkata,
“orang banyak
(sekarang ini) sudah rusak"
maka orang yang berkata itu sendiri2 yang paling rusak di antara
mereka.”
(HR. Muslim)2
sebuah peringatan dari Rasulullah SAW terhadap umatnya (Islam),
agar jangan mudah menyalahkan/menuduh orang lain bersalah,
artinya,
introfeksi diri lebih diutamakan dalam setiap pergaulan,
mencari dan menilik kesalahan diri sendiri harus lebih dikedepankan,
dibanding dengan menilik kesalahan orang lain...
karena bila kita sudah gampang menuduh salah orang lain,
maka kebenaran yg sejati tidak akan pernah akan kita dapatkan,
karena akal serta hatinya sudah tertutup oleh rasa benar sendiri,
yang menghasilkan rasa tinggi hati.
dan tinggi hati itulah yg menyebabkan
manusia berani memakai selendang Allah yaitu SOMBONG..!
Dari Ibnu Abbas RA ia berkata: 
Rasulullah SAW bersabda,
“Allah Jalla wa ‘Alaa berfirman :
Sombong itu adalah selendang-Ku dan
kebesaran itu adalah pakaian-Ku, maka barang
siapa mencabut salah satunya dari-Ku,
Aku akan melemparkan org itu ke neraka”.
[HR. Ibnu Majah,dlm Targhib wat Tarhib juz 3,hal.563]
maka wajarlah Allah begitu marah kepada makhlukNya bila ada rasa sombong tersebut
walau hanya sebiji sawi saja...!

Tiada masuk surga orang yang dalam hatinya terdapat sebesar biji sawi dari kesombongan.
(HR.Muslim)
begitu Bijaksananya Rasulullah dalam
menyampaikan sebuah petunjuk kepada
umatnya,
agar umatnya selalu berada dalam keadaan
rendah hati bukan tinggi hati...

Selasa, 08 Juli 2014

SULIT BUKAN BERARTI TIDAK BISA (untuk menemukan seorang Waliullah)

Imam Al-Ghazali ketika ditanya tentang Seorang Pembimbing Rohani, Guru Mursyid yang tidak lain adalah seorang Wali Allah,
Beliau berkata,
“Menemukan Guru Mursyid itu Lebih mudah menemukan sebatang jarum yang disembunyikan di padang pasir yang gelap gulita”.

Bisa kita bayangkan bagaimana sulitnya menemukan sebatang jarum ditengah padang pasir di gelap gulita, dalam kondisi terang pun akan sulit menemukannya.
Ungkapan Al-Ghazali yang digelar sebagai “Hujjatul Islam” tidaklah berlebihan,
coba kita simak beberapa dalil berikut tentang Wali Allah :

Dalam hadits Qudsi,
“Allah berfirman yang artinya:
“Para Wali-Ku itu ada dibawah naungan-Ku, tiada yang mengenal mereka dan mendekat kepada seorang wali, kecuali jika Allah memberikan Taufiq HidayahNya”

Sahl Ibn ‘Abd Allah at-Tustari ketika ditanya oleh muridnya tentang bagaimana (cara) mengenal Waliyullah, ia menjawab:
“Allah tidak akan memperkenalkan mereka kecuali kepada orang-orang yang serupa dengan mereka, atau kepada orang yang bakal mendapat manfaat dari mereka – untuk mengenal dan mendekat kepada-Nya.”

Kita tidak mengetahui dengan pasti siapa Wali Allah atau siapa orang yang mempunyai derajat tinggi menjadi seorang yang dikasih Allah kecuali Allah berkenan member petunjuk-Nya. Untuk memudahkan umat, Rasulullah atas petunjuk langsung dari memberikan beberapa petunjuk ciri-ciri seorang Wali Allah :

Kualitas seorang Wali Allah bukan sembarangan,
mereka izin Allah karena kedekatan kepada Allah apabila kita memandang Wajah Wali Allah akan membuat kita semakin dekat dengan Allah, pandangan kita kepada mereka akan menyambungkan rohani (Rabithah) kita dengan Allah.
Inilah dasar dalil yang digunakan oleh pengamal tarekat untuk selalu berwasilah kepada Guru Mursyid sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW.
 .
Imam Al-Bazzaar meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, ia mengatakan, seseorang bertanya:
ya Rasulullah shallalahu alaihi wasallam, siapa para wali Allah itu? 
Beliau menjawab, “Orang-orang yang jika mereka dilihat, mengingatkan kepada Allah,” 
(Tafsir Ibnu Katsir III/83).

Dari Said ra, ia berkata: 
“Ketika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ditanya: 
“Siapa wali-wali Allah?” 
Maka beliau bersabda: 
“Wali-wali Allah adalah orang-orang yang jika dilihat dapat mengingatkan kita kepada Allah.”
(Hadis riwayat Ibnu Abi Dunya di dalam kitab Auliya’ dan Abu Nu’aim di dalam Al Hilya Jilid I hal 6)

Secara Dzahir, dalam pandangan awam, seorang Wali Allah bisa dilihat dari sifat-sifat yang dimilikinya meskipun orang yang memiliki sifat tersebut belum tentu langsung menjadi seorang Wali Allah :

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Ada tiga sifat yang jika dimiliki oleh seorang, maka ia akan menjadi wali Allah, iaitu: 
pandai mengendalikan perasaannya di saat marah, 
wara’ dan berbudi luhur kepada orang lain.” 
(Hadis riwayat Ibnu Abi Dunya di dalam kitab Al Auliya’)“

begitu sulitnya untuk mengenal seorang Walullah,
akan tetapi bukan berarti kita tidak bisa menemukannya bila kita bersungguh sungguh untuk mencarinya,
tentu dengan usaha yg sungguh sungguh serta tak lepas dari berdo'a kepadaNya agar kita diberi petunjuk untuk menemukannya.
sungguh benar Firman Allah berikut ini:

"Manyahdillahu wahuwal muhtadi wa man yudhlil faulaika humul khasiruun"  - Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, 
dialah orang yang mendapat petunjuk, 
dan siapapun yang IA biarkan sesat, 
merekalah orang-orang yang menderita kerugian.
(QS Al A'raf, ayat 178)

oleh karena itu,
bagi para sahabat yg sudah menemukan dan dipertemukan dengan Waliullah tersebut,
jagalah dengan sedaya upaya bahkan bila perlu nyawa taruhannya untuk tidak kembali lepas dari pegangan kita,
sehingga kita tidak termasuk orang orang yg merugi...

Selasa, 24 Juni 2014

Tubuh (jasmani) Manusia Tercipta sebagai Jalan Masuknya Dosa dan Ruhani Manusia tercipta sebagai jalan Pembersihnya


Bismillah...

mari kita renungkan bersama kenapa jasmani disebutkan sebagai jalan masuknya dosa,

- mata jalan masuknya dosa dari segala yg tidak pantas kita pandang,
- telinga  jalan masuknya dosa dari segala yg tidak pantas kita dengar,
- kaki  jalan masuknya dosa dari segala yg tidak pantas kita kita jalani/lewati,
- tangan  jalan masuknya dosa dari segala yg tidak pantas kita pegang/kerjakan,
- kulit  jalan masuknya dosa dari segala yg tidak pantas kita sentuh/rasakan,
- hidung  jalan masuknya dosa dari segala yg tidak pantas kita cium,
dan masih banyak lagi sisi jasmani yg bisa menjadi jalan masuknya dosa tersebut...
dan semua dosa tersebut bersemayam dalam hati/ruhani kita dari jalannya jasmani tersebut...
sehingga sudah tidak terhitung / tak terhingga lagi dosa yg telah kita lakukan dari semenjak terbukanya mata sampai kita kembali memejamkan mata,
apakah cukup hanya dengan shalat yg 5 waktu dalam 1 hari,
puasa yg 1 bulan dlm 1 tahun,
zakat yg kita lakukan semampunya,
berangkat haji 1 x seumur hidup,
apakah cukup semua amal yg kita lakukan untuk menghapus dosa yg tak terhingga tersebut dalam ruhani dgn amal yg sangat terbatas dari jasmani kita...?
secara logika tidak mungkin cukup jawabannya...!
manalah bisa menutup amal jasmani yg sangat terbatas (fana) menutup dosa yg tak terhingga tersebut...???

dan kenapa sang Ruhani sebagai pembersih dosa tersebut :
karena hanya Ruhanilah yg bisa beserta/hubungan/dzikir kepada Allah yang Maha Suci secara berkekalan,
sehingga terhimbaslah Kesucian Allah Yang Maha Suci tersebut kedalam diri kita melalui sang Ruhani kita tersebut,
sehingga terkikis habis semua dosa yg tak terhingga tersebut oleh Kemaha Sucian Allah Yang Tak Terhingga pula tersebut... :)
bila kita berhitung secara logika/matematika,
bilangan tak terhingga dikurangi bilangan tak terhingga tntu saja hasilnya Nol...!

itulah Ilmiyahnya Islam,
sehingga benarlah Sabda Rassulullah ini :
"Al-Islaamu 'ilmiyyun wa 'amaliyyun" -
"Islam adalah ilmiah dan amaliah." 
(HR. Bukhari)

oleh karena itu,
carilah cara agar Ruhani kita bisa dzikir/hubungan/beserta/ingat kepada Allah secara berkekalan,sehingga kita bs mengikis semua karat dosa kita yg tak terhingga tersebut.
agar kita selalu dalam syafa'atNya dari dunia ini sampai akhirat kelak.
bagi yg sudah mendapatkan Ilmu tersebut,
pertahankan dengan segenap kemampuan,
bahkan bila perlu nyawa pun sebagai taruhannya dalam mempertahankan Ilmu tersebut...!
bagi yg belum mendapatkan Ilmu tersebut,
berusahalah dengan sungguh sungguh dan segala daya dan upaya untuk mendapatkannya,
agar kita selamat dari dunia ini sampai akhirat kelak tentunya...!

Sekedar Berbagi.

Rabu, 18 Juni 2014

Apa Bedanya orang yg SHOLAT,dengan orang yg INGAT ALLAH....??

Bismillah...

sekedar mengulang jawaban dari salah satu pertanyaan sahabat,
semoga bermanfa'at untuk kita semua dan ada hikmah dibalik jawaban tersebut.
========================================================

Pertanyaan:
* Apa bedanya orang yg SHOLAT,dengan orang yg INGAT ALLAH....??*

jawaban :
agak menarik walau sebenarnya bkn untuk dibahas persoalan diatas tp untuk diperbuat... 
perbedaan shalat dgn Ingat Allah menurut pemahaman yg sudah saya terima,
tergantung dr sudut pandangnya.
dan sebenarnya jawabannya adalah sama,
karena ada keterangan yg berbunyi:

Allah berfirman
“ Sesungguhnya Aku ini adalah Allah,
tidak ada Tuhan selain Aku,
maka sembahlah Aku dan dirikan shalat untuk MENGINGAT-KU’.
(QS. At Thoha 20: 14)

tapi bila kita kaji lbh dalam,
ada sedikit perbedaan yg teramat mendasar dihasil akhirnya.
bila sudah hubungannya dgn ingat,
tentu bkn perbuatan Jahir saja yg dilakukan dlm shalat tersebut,
akan tetapi dgn disertai dgn perbuatan batin/ruhani.
sehingga terciptalah yg dinamakan KHUSYU dalam Shalatnya (khusyu jahir dan batin).

Khusyu secara Jahir:
sang jahir/badan melaksanakan semua rukun shalatnya dgn tertib dalam shalatnya,

Khusyu secara batin/ruhani:
tiada yg diingat selain Allah (selalu beserta Allah),

nah unsur yg kedua itulah yg menentukan diterima atau tidaknya shalat kita itu oleh Allah SWT kelak dikala dihisab,
dan itu sudah diperingatkan Allah SWT dlm salah satu FirmanNya :

“Maka celakalah orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dalam shalatnya..”
[QS.Al-Ma’un(107): 3-4]

lalai dalam shalatnya mengingat Allah disini artinya,
sang hati/ruhani mengingat yg lain selain Allah,
contoh:
terkadang bahkan kebanyakan orang,
badannya/jahirnya benar dan tertib melaksanakan semua rukun salatnya,
akan tetapi dalam shalatnya hati dan fikiran dia teringat kerjaan, tugas, anak, istri dll selain Allah,
itulah yg disebut "Lalai dalam shalatnya"

oleh karena itu alangkah pentingnya Ilmu tentang hal tersebut,
dan Ilmu (tata cara) tersebut tidak diajarkan dalam Ilmu Syari'at (FIKIH),
akan tetapi hanya dalam Ilmu Keruhanian Islam (Tasawuf Islam) diajarkan metodologi (tata cara) tentang mencapai keKhusyuan Ruhani kita dalam shalat tersebut.
oleh karena itu,
agar tidak sia sia Shalat kita,
maksudnya sia sia disini,
agar amal kita nmengandung unsur ibadah dan tidak nol hasilnya dihadapan Allah SWT,
tentu saja kita harus mendapatkan Ilmu tersebut,
agar kita mendapatkan keselamatan dan Syafa'atNya dikala dihisab Kelak...

Siapa yang mentaatiku maka ia masuk surga dan siapa yang tidak taat padaku maka ialah yang enggan” (HR Al-Bukhari)

Bismillah...

terbesit dalam hati disaat membaca hadits ini,
walau bukan Syurga tujuan Utama kita beribadah kepada Allah SWT,
tapi hanya Ridha dan Rahmat serta syafa'atNya yg harus kita harapkan.
akan tetapi karena manusia masih banyak yg tergiur dgn hal tersebut dalam melakukan ibadah,
maka saya akan mencoba mengingatkan dan meluruskan Hal tersbut disini...

“Setiap ummatku akan masuk surga, kecuali yang enggan!” 
maka shahabat bertanya,
siapakah yang enggan itu wahai Rasulullah? 
Nabi menjawab, 
“Siapa yang mentaatiku maka ia masuk surga dan siapa yang tidak taat padaku maka ialah yang enggan”
(HR Al-Bukhari)

sudah ditegaskan oleh Rasulullah dalam sabdanya diatas,
“Siapa yang mentaatiku maka ia masuk surga dan siapa yang tidak taat padaku maka ialah yang enggan”

artinya kita harus mengikut apa yg diperintahkan Allah melalui RasulNya,
serta memperbuat apa yg dicontohkan Rasulullah,
nah itu hanya bs diperbuat disaat jamannya Rasulullah oleh Umat Beliau dijaman itu yg hidup bersama sama dgn Beliau,sehingga bisa bersentuhan, melihat dan mendengar langsung apa apa yg diucapkan dan diperbuat Rasulullah dijaman itu.
dan disaat sekarang ini,
kita tidaklah hidup dijaman Beliau sehingga kita tdk bs langsung melihat dan mendengar apa yg diucap dan diperbuat Rasulullah SAW,
akan tetapi bkn berarti kita tidak bisa mendengar dan mencontoh Rasulullah dijaman sekarang ini,
karena maasih ada Penerus dan Pewaris Rasulullah SAW hingga akhir jaman kelak,
yaitu Al Ulama Warisyatul Anbya,
dan itu ditegaskan Rasulullah dalam beberapa Sabdanya:

Al-Ulama'u Warishatul Ambiya. 
"Sesungguhnya Ulama itu adalah pewaris Nabi"
(HR. Muslim)

Kanat banu-isroila tasu suhumul 'anbiyau, kullama halaka Nabiyyun kholafahu Nabiyyun. Wainnahu laa Nabiyya ba'di wasa takuunu khulafa'u fataktsuru 
"Dulu Bani Israil diurusi dan dipelihara oleh Nabi. Setiap kali seorang Nabi meninggal, Nabi yang lain menggantikannya. Sesungguhnya tidak ada Nabi Sesudahku dan ada para Khalifah yang berjumlah banyak".
(HR. Bukhari - Muslim)


merekalah dijaman sekarang ini yg harus kita cari,
merekalah dijaman sekarang ini sebagai pembimbing dan penuntun kita dalam beragama,
merekalah para Khalifah Rasulullah disetiap jaman smp akhir jaman sebagai penerus Ilmu Rasulullah sampai akhir jaman.
bukan Ulama sekedar Ulama yg kebanyakan mengakui dan diakui seama ini,
bukan sekedar jubahnya yg panjang,
bukan sekedar sorbannya yg melingkar,
bukan sekedar hafalnya dalil al qur'an,
bukan sekedar fasihnya berbahsa arab,
untuk patokan dia disebut sebagai Ulama warisyatul Anbya,

akan tetapi,
sudah lengkap Ilmunya bak itu ilmu syri'at (fikih) maupun Ilmu hakikatnya (ilmu keruhanian islam),
dan yg terpenting,
jelas asal muasal Ilmunya tersebut darimana,
jelas silsilah Keilmuannya tersebut dari Guru Ke Guru hingga Rasulullah SAW,
dan seorang Uama Warisyatul Anbaya berani ikut mempertanggung jawabkan semua Ilmu yg mereka ajarkan pada murid/jamaahnya sampai kelak dihadapan Allah SWT sebagai #Saksi atas Ilmu yg mereka ajarkan selama didunia ini...!


dan hal tersebut ditegaskan oleh Allah SWT dalam FirmanNya:
Wa yauma nab'atsu fii kul-li um-matin syahiidan 'alaihim min anfusihim wa ji'naa bika syahiidan 'alaa haa-ulaa.
Dan ingatlah suatu hari, ketika Kami (Alloh) bangkitkan tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dan untuk mereka sendiri, lalu Kami datangkan engkau (Muhammad) menjadi saksi atas mereka (sebagai umatnya). 
(QS. An-Nahl : 89).

Wal-ladziina 'amanuu billahi warosulihi ulaika humush-shiddiquun wash-syuhadaa'u 'indarob-bihim.

Dan orang-orang yang benar beriman kepada Alloh dan Rosul-NYA, mereka itu orang-orang Siddiqin, dan orang-orang   yang   menjadi  saksi di sisi Tuhannya 
(QS. Al-Hadid : 19).

(tentu saja bagi murid yg patuh dan taat atas segala apa yg diajarkan sang Ulama tersebut )
semoga menjadi bahan renungan kita semua...

wassallamu'alaikum....

Rabu, 14 Mei 2014

GURU MURSYID PADA KERUHANIAN ISLAM ADALAH Al-ULAMA WARISYATUL ANBYA

Assalamu’alaikumWr. Wb.

Terlebihdahulu puji syukur yang tidak terhingga kita panjatkan kehadirat Allah SWT. 
Sebagaimana pujian-nyaorang-orang yang kuat yaqin dan kesyukuran-nya orang-orang yang putuspengenalan. 
Selanjutnya shalawat seiring salam yang khalis mukhlisin keharibaanArwahul Muqaddasah junjungan alam Baginda Nabi Agung, Nabi Muhammad SAW. KepalaNegara yang pengayom dan kasih kepada rakyatnya, 
Ahli Tata Negara yang tiadaduanya, 
Panglima perang yang gagah perkasa, 
Filosof dunia yang tiada tolokbandingnya, 
Kepala keluarga yang bijaksana, 
Imam yang sempurna, 
Guru dari sekalian Guru Mursyid, 
Matahari penunjukjalan, 
Pemberi syafa'at dan Rahmatan lil'alamin, Rahmat bagi seluruh Alam.
Kemudian hormat dan khidmat sertasalam ta'zim yang berkepanjangan kita sampaikan kepada Khalifah Rasulullahsebagai Al-Ulama Warshatul Anbya di masing-masing jamannya. 
Merekaitu telah mengangkat kita dari lembah kehinaan, kebodohan dan kebutaan 
ke atasdataran pengenalan yang tinggi ke peringkat  kemuliaan   yang   tidak terhina  lagi  untuk selamanya yaitu bahagia raya yang tidakpernah kunjung padam  
karena telahmengetahui yang halal dan yang haram, mengerti yang haq dan yang bathil,mengenal yang syirik dan yang mukhlis, mengenal mana langkah Malaikat dan manalangkah Syetan.
Wahai Guru Mursyid kami dengan sebabmusababmu menjadilah kami hamba-hamba yang disinarkan Allah dengan Iman, 
mengenal akan amanat Allah dan mengenal akan Warisan Rasulullah sebagaiKhalifah Allah dan Khalifah Rasul yaitu Ulama Warshatul Anbya. 
Berkah uluran tanganmu kami terangkatdari lembah kesesatan kepada pengenalan, 
dengan bimbinganmu yang penuhkesabaran kami terhindar dari keragu-raguan, 
dengan pengajaranmu yang cukupdalil kami mendapat keyakinan, 
dengan tuntunanmu yang tidak mengenal bosan kamidapat mengenal tujuan, 
dengan petunjukmu yang penuh hikmah merubah kami darikejahilan kepada kearifan, 
dan dengan amalan dzikirullah yang engkau tanamkanmenjadikan kami hamba-hamba Allah yang sempurna Islam, sempurna Iman, sempurnaTauhid dan sempurna Ma'rifatullah.

Kehidupan kita dengan kehidupan NabiSAW terpaut lebih kurang 1500 tahun setelah Junjungan wafat, 
padahal beliau Nabi Muhammad SAW sebagai tangan  di dunia  bagi ummatnya, 
dan ini ditegaskan AllahSWT. dalam Surat Al Anbya (107) : 
Wamaa  arsalnaaka illa rahmatan lil 'alamiin   
"dantidaklah KU utus engkau (Muhammad) kecuali sebagai rahmat untuk seluruh alam". 

Maksudnya adalah agar kita senantiasa mendapat rahmat Allah maka semuaaktivitas kita wajib menyertakan unsur Nabi SAW (Ruhani = Arwahul MuqaddasahNabi Muhammad SAW) 
karena yang dikatakan rahmatan lil ‘alamin adalah Nurun ala Nurin = Nur ilahi berdampingan dengan NurMuhammad yang terbit dari Fi’il Sifat Dzat Allah Ta’ala dan telah ditanamkan oleh Allah didalam dada = qalbu = ruhani Nabi Muhammad SAW (sekarang di dalam arwahul muqaddasahnya
yang selanjutnyadiwariskan kepada Para Masyaekh yang Mursyidana sebagai Al Ulama Warshatul Anbya sebagai Khalifah Rasul danKhalifah Allah karena silsilahrohani para Khalifah Rasul tersebut terjalin secara nyata dan realita sampai ke Arwahul Muqaddasah NabiMuhammad SAW 
sehingga Allah SWT tidak menurunkan Nabi lagi sesuai dengan SabdaNabi SAW 
riwayat Bukhari  Muslim:
Kanat banu-isroila tasu suhumul'anbiyau, kullama halaka Nabiyyun kholafahu Nabiyyun Wainnahu laa Nabiyya ba'diwasa takuunu khulafa'u fataktsuru 
"Dulu Bani  Israil diurus dan dipeliharaoleh Nabi, setiap kali seorang Nabi meninggal, Nabi yang lain menggantikannya.Sesungguhnya tidak ada Nabi sesudahku dan ada para Khalifah yang berjumlahbanyak."

Para Khalifah Rasulullah yangberjumlah banyak inilah yang juga disebut oleh Nabi Muhammad SAW sebagai AlUlama Warshatul Anbya sebagai perpanjangan tangan Nabidi dunia untuk umatnya, 
Mereka dicipta dan tercipta sebagai pewaris peneruspekerjaan Nabi SAW, 
Mereka diberi hak oleh Allah memberikan Syafa’at kepada jama’ahnya sebagaimana Nabi Muhammad SAWmemberikan Syafa’at kepada Umatnya (Yasfau yaumal qiyaamatil ambyau tsummal ulamaau tsummasy-syuhadaau : HR. Ibnu Majah)

Mereka adalah umatnya Nabi SAW yang duduknya sederetan dengan para Nabi 
(QS.Surat An-Nisa’ 69). 

Di dalam dada(ruhani) mereka bermuatan Nurun ‘ala Nurin atas penerusan pancaran Nurun‘ala Nurin dariruhani Nabi Muhammad SAW. (sekarang dalam Arwahul Muqaddasahnya).
Nurun alaNurin adalah saluran haq kepada Allah SWT, di dalam Al-Qur’an dipopulerkan dengan nama ilaihil wasilata (QS. Al Maidah 35) 
yang kapasitasnya tidak terhingga (simbulmatematikanya adalah ~) 
dan Nur itulah yang menuntun rohani kitauntuk beriman dan bertaqwa kepada Allah dan Rasulnya.
Sebagaimana kita ketahui bersama didalam pelaksanaan ibadah shalat yang pada dasarnya shalat itu bermuatan do’a dan dzikirullah atau ingat akanAllah, semua rukun syaratnya benar, ruku’ sujudnya betul dan bacaan didalamshalat bagus namun yang hadirdihati didalam shalatnya ternyata tidak kepada Allah, 
tidak hudurul qolbu ma’allah justru yang hadir di hati adalahaktivitas dunia yang telah dilaluinya dengan silih berganti 
sehingga Rasulullah SAW memberikan keterangan 
"betapa banyakumatku shalat yang didapat hanyalah ruku’ dan sujud serta betapa banyak umatkuberpuasa yang didapat hanyalah lapar dan dahaga",
artinya tidak bermuatan nilaiibadah dan yang didapat hanyalah catatan amal.

Rasulullah SAW bersabda : 
Innad du'aa amauquufun bainas samaai walardhi laa yas'adu minhu syai-in hattaa tushalli 'alaa nabiyyika – 
"Sesungguhnya Do’a itu terhenti di antara langit danbumi sampai engkau bershalawat atas NabiNya",
 (HR. Thabrani, Tarmizi). 

Maksudnya do’anya tidak sampai kehadirat Allahsebelum menemukan Wasilah Allah yang telah ditanam di dalam ruhani Nabi-NYA. 
Jika dianalogikan dengan bahasaelektronika,
maka  Untukmendapatkan frequensi Allah SWT terlebih dahulu menggabungkan frequensi kita kedalam frequensi Nabi SAW karena frequensi Allah telah ada dalam frequensiNabi-NYA. 
Tata cara untuk menghubungkan hati ruhani kita ke ruhaniNabi Muhammad SAW kemudian ke hadirat Allah SWT dalam Kitab Al Qur’an populer dengan nama At –Thariq (QS. Al-Jin 10).

Semua ibadahnya umat Islam kepadaAllah SWT wajib menyertakan unsur Nabi-Nya (sekarang Arwahul muqaddasah NabiSAW). 
Oleh karena itu bagi Umat Islam yang terpanggil hatinya untukmenyempurnakan ibadahnya melalui kerohanian Islam yaitu memasuki
Thariqat Islam ThariqatNaqsyabandiyah, 
wajib mencari dan mendapatkan seorang Guru Mursyid yang Absahdan Mu’tabaroh yang ahli silsilah yangsegaris di Tali Allah Haqiqi 
(Silsilah Ruhaninya sambungmenyambung secara nyata dan fakta  hingga sampai ke Arwahul MuqaddasahNabi SAW) 
yang dibuktikan dengan Ijazah Silsilah dari GuruMursyidnya dan segaris di Tali Allah Syari’i 
(berpedoman pada Al Qur’an dan Al Hadits disamping Ijma’ dan Qiyas)
Sesungguhnya Allahsenantiasa menjaga Thariq-NYA yang mustaqim melalui para Khalifah Allah danpara Khalifah Rasul yaitu Al Ulama Warshatul Anbya. 
Oleh karena itu para MursyidanaAhli Silsilah selalu mengingatkan umat Islam dalam ibadah agar tauhidnya  tetap lurus kepada Allah tentu harus melalui  jalan–thariq–metoda–ilaihil wasilata yang lurus pula. 
Kitaberibadah tujuannya hanyalah Allah Ta’ala bukan pahala bukan agama dan bukansorga sekalipun.

Dewasa ini telah kita saksikan betapaprihatinya melihat moral = ahlak = perilaku umat sudah banyak yang menyimpangdari tuntunan Agama, 
karena mereka pada umumnya tidak mau ataupun tidak mampumengamalkan ajaran Agama Islam secara utuh (kaffah) = jasmani dan ruhani ataubelum menemukan penuntun (Guide) Ulama Warshatul Anbya dalam beribadah kepada Allah SWT.
Merubah ahlak dan perilaku seseorangatau suatu kaum harus dimulai dari dalam diri yaitu menata hati ruhaninya terlebih dahulu 
dengan cara kontak dzikirakan Allah melalui tata cara kerohanian yang tuntunannya dicontohkan oleh NabiSAW kepada umat di masanya, 
lalu diwariskan kepada Al Ulama Warshatul Anbya. 
Mengapa hati ruhaninya ditataterlebih dahulu,
karena hati ruhani itulah yang mengendalikan seluruh anggotabadaniah termasuk akal-pikirnya. 
Rujukannya Sabda Nabi SAW 
Innamaa bu'itsu liutamimma makaarimal akhlaaq 
"Sesungguhnya aku(Nabi SAW) diutus semata-mata untuk menyempurnakan akhlak (perilaku zahir =jasmani dan perilaku batin = rohani) 
(HR Ahmad). 
Tehnologinya:
Qun maallahfainlamtaqun maallah faqun maa man maallah fain nahu yusiluka ilallah
" adakanlah beserta Allah (ruhaninya) jika tidak bisa beserta Allah adakanlahbeserta orang yang telah beserta Allah, maka orang itulah (ruhaninya)yang menghubungkan ruhanimu kepada Allah  "
(HR. Abu Daud). 

Metoda pelaksanaan tehnisnya di dalam Thariqatullah Thariqat Naqsyabandiyah,  
dimasa kini (dijaman Ulama) yangmenuntun dan ngiguhke/mrenahke (bahasa jawa)adalahGuru Mursyid sebagai Al Ulama Keruhanian Islam.    
Perilaku zahir/fisik didalam ibadahseumpama Ilmu Fiqih  mengajarkanlafadz, niat, dan pelaksanaan tehnis dari zahirnya ibadah, 
cakupan  operasionalnya  adalah yang horizontal (filosofisnya agar ada perbedaan antara ibadah kaumMuslimin dengan Non Muslimin), 
sedangkan IlmuKerohanian Islam dimensinya adalah qalbu = hati rohani 
yaitu mengajarkanteknis pelaksanaan kerohanian yang merupakan substansi - esensi  ibadahitu sendiri yaitu cara menghubungkan diri  Rohani, Qalbu – hati hayati, langsung ke hadirat  Allah   SWT 
melalui sistem rohani yang sambungmenyambung hingga ke Arwahul Muqaddasah Nabi Muhammad SAW. 
Metode pelaksanaantehnisnya di dalam Al-Qur’an disebut  Thoriqoh = thariqat (QS. Surat Jin 16).
Ilmu Fiqih adalah penting dibidangibadah fisis jasmaniah, 
sedangkan Ilmu Kerohanian Islam juga penting dalamhubungan rohani vertikal kehadirat Allah SWT. 
yang merupakan esensi yangfundamental dalam misi ibadah itu sendiri karena yang hubungan antara hambadengan Allah Tuhannya adalah qalbunya (ruhaninya). 
Dengan demikian  merupakan obyek yang mesti diolah dan digarapoleh ahlinya - ahladz dzikri, 
jadi kedua Ilmu (Fiqih dan Kerohanian Islam) itutidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, 
harusberjalan dan dijalankan bersama-sama laksana dua sisi mata uang dimana sisi yang satu merupakan pelengkapmutlak dengan sisi yang lainnya, demikian juga sebaliknya. 
Sebagai contoh yaitutentang shalat
pelaksanaanberdirinya shalat seseorang secara normatif wajib menggunakan 3 (tiga)rukun/unsur yang melekat pada dirinya yaitu :
1. Rukun qauli (perilaku lesan)
2. Rukun fi’li (perilaku anggota badan)
3. Rukun qalbi (perilaku hati)
Ketiga unsur tersebut mempunyai tugasyang berbeda-beda namun dilaksanakan bersama-sama karena satu paket pekerjaan. 
Lesan bertugas  membaca bacaan yang wajib dibaca dalam sholat misalnyatakbir, 
membaca surat Alfatihah, membaca tasyahut, membaca dua kalimahsyahadat, shalawat Nabi dan membaca salam. 
Kemudian anggota badan bertugas mengangkat tangan untuktakbiratul ikhram - ruku’- sujud, dst. 
Sedangkan qalbibertugas meletakkan niat untuk melaksakan shalat dan berdzikirullah =ingat Allah = hubungan kepada Allah = hudurul qalbu ma’allah. 

Seluruh pekerjaan qauli dan fi’li orang tersebut adalah benar,
namunyang hadir di hati dan pikirannya silih berganti aktivitas dunianya yang sudahberlalu maupun khayalan aktivitas dunia yang akan dikerjakan hingga sampaiselesainya shalat 
dan tidak mendapatkan fii shalatihim  khasi’un (di dalam shalatnya khusu’), 
akibatnya hari kehari hatimereka  senantiasa dalam rasa resahgelisah - gundah gulanah tidak ada sakinah mawaddah (bahagia dan sejahtera) 
dalam dirinya karena mereka belum pernah diajarkanqalbinya (rohaninya) kontak dzikir hubungan kepada Allah SWT.
Nabi Muhammad SAW diutus didunia salah satu tugasnyauntuk menyempurnakan akhlak (tingkah laku dzahir dan tingkah laku bathin =Rohani/qalbu/hati) 
agar kedua unsur tersebut beriman dan bertaqwa kepada Allahdan Rasulnya yang akibatnya mereka mendapatkan pribadi insan kamil. 
Ruhani yang sudah beriman danbertaqwa kepada Allah dan Rasulnya kelak ruhaninya akan ditempatkan di SorgaAllah karena Rahmat Allah juga. 
Itulah haqiqat Dinnullah (Agama Allah) di bumi yang dibawa awalnya oleh Nabi AdamAs. dan diakhiri oleh Nabi Muhammad SAW.
Para ahladz dzikir itu adalahinsan-insan pilihan Allah (yang dikehendaki Allah) 
sehingga tidak sembarangorang dapat menduduki predikat ahladz dzikri, 
karena  kondisi pribadinya (Qalbunya = hatiruhaninya) telah disetting oleh Allah sendiri sebagai Waliya Mursyida - Pemimpinperamalan Dzikirullah sebagai Al Ulama Warshatul Anbya yang hati rohaninya segaris padaTali Allah 
dan qalbu mereka senantiasa tahqiq akan Allah  setiap saat (karena memang mereka itulahaparat Allah SWT, pilihan-Nya sebagai pewaris – penerus pekerjaan Nabi) 
sehinggaAllah tidak menurunkan Nabi lagi karena ilaihilwasilata tetap dipancar teruskan kepada Al Ulama Warshatul Anbya tersebut serta meneruskan tanganNabi di dunia untuk umatnya dimasing-masing jamannya), 
oleh karena itu mereka adalah  orang-orang yang istimewa (Rohaninya), 
sebab di dalam hati ruhaninya bermuatan Nur Muhammad 
(Nurunala nurin yahdillahu linurihi mayyasya=Nur Allah di atas Nur Muhammad, menunjuki kepada hambanya yang dikehendaki padaNur itu : QS An-Nur 35 ) 
sehingga Nur itulah yang menuntunrohani = hati kita  dengan  metode (Thariqatullah) menuju ke Rohani Utama 
(Arwahul Muqaddasah Nabi Muhammad Rasulullah SAW
bersama-samadengan rohani Junjungan Nabi kita menujukehadirat Allah SWT baik di dalamibadah khusus/mahdhoh, 
maupun ibadah sunat lainnya (nawawil) sehingga seluruh  ibadah kita ( yang shalatku,ibadahku, hidupku dan matiku ) senantiasa hadir di maqam Ikhsan.
Perlu diketahui, 
bahwa jalan thariqatullah  yang benar harus berdiri di atas Syari'atIslam (Ilmu Fiqih) yang benar 
dan supra rasional yang benar  harus berdiri di atas rasional dan metafisika yang benar juga harusberdiri diatas fisika 
sebagaimana Sabda Nabi SAW  yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari yaitu :
AlIslamu Ilmiyyun wa amaliyyun = 
"Islam itu ilmiah danamaliah". 

Hadits tersebut di dukung dengan Firman Allah dalam QS. Al Jin ayat 16: 
Waallawi astaqamuu 'alath-thaariqati laa asqainahum maa an ghadaaqaan 
"Sekiranya mereka tetap berjalan di jalan (Thariq) yang lurus, pasti Kami (Allah) turunkan hujan rahmat yangmelimpah".

Nabi Muhammad SAW sebagai tangan untukumatnya dibumi
maksudnya rohani Nabi ikut berproses secara kerohaniannya, menyucikan ruhani(hati, jiwa) para pengikutnya di SatuJalur Utama - Tali Allah (QS. Ali-Imran 164), 
mengajari mereka Al Kitab dan AlHikmah , 
sekaligus   sebagai Imam Utama  (Kerohanian)menuju ke hadirat Allah SWT
Mereka(para mandataris Allah = Nabi dan Ulama) yang digaris Tali Allah mendapatkanNur, Cahaya-NYA, diterangkan di QS. An Nur , ayat 35 :  Nuurun 'alaa nuurin yahdillaahu linuurihimayasyau 
"Nur diatas Nur ( Nur Allah diatas Nur Muhammad ) menunjukihamba-Nya yang dikehendaki dengan Nuritu".

Disamping itu ditegaskan di lainsurah yaitu QS. Al Kahfi, ayat 17 : 
Mayyahdillahu wahuwal muhtad wamayyudlilfalaan tajidaalahu waliyya mursyida 
"Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka diadalam kebenaran, namun barang siapa yang disesatkan (tidak diberi petunjuk olehAllah) maka tidak ada seorangPemimpin(Waliya Mursyida = Pemimpinperamalan Dzikrullah) yang dapat menunjukinya."

Dan juga dikuatkan dalamfirman-Nya di QS Al A'raf, ayat 178 :  Manyahdillahu wahuwal muhtadi wa man yudhlil faulaika humul khasiruun  - Barang siapa yang diberi petunjuk olehAllah, dialah orang yang mendapat petunjuk, dan siapapun yang IA biarkan sesat, merekalah orang-orang yang menderita kerugian.
Allah berfirman dalam Al Qur’an surat Ali Imran, ayat 31 :  
Qul inkuntum yuhibbuunallaha faattabi'uuniiyuhbibkumullaahu wa yaghfiru lakum dunuubakum wallaahu ghafuurun rahiimun - Katakanlah (Ya Muhammad) : 
"Jika kamu(benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku (ikut Nabi Muhammad lahirbatin), 
niscaya Ia (Allah) akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu danAllah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Allah Ta'ala menyatakan dalam haditsQudsi :  
Lam yasa'ni ardhi walaa samaaiwawasi'ani qalbu 'abdil mu'minul layyinul waadi'  
"Tak dapat menjangkau akandzat-KU (Allah), bumi dan langit-Ku , yang dapat menjangkau-KU adalah hamba-KU mu'min, yang berhati lunakdan tenang. 
(HR. Ahmad dari Wahab bin Munabbih)
 Maksudnya adalah,
yang sampaikehadirat  Allah adalah hamba Allah yangmukmin dan berhati lunak (hamba yang telah mendapat penerusan Nurun ala Nurin)dari Sang Khaliq Allah SWT .
Oleh karena itu, Tuhan sangat adilsekali menempatkan alat komunikasi antara mahluk (materi) dengan Tuhan Allah (a-materi)dengan simbol dan sebutan hatiqalbu - fuad - af'idah  - rohani
Kalaulah cukup ibadah melalui lisan dan anggota badan saja, 
maka adapertanyaan yang bernada protes kepada Tuhan. 
Umpamanya bagaimana manusia yangdiciptakan Tuhan sejak lahir dikondisikancacat secara phisik (invalid), buta,tuli, lumpuh, gagu, separo lumpuh dan lain-lain, bagaimana mau melaksanakanSyari'at Islam secara kaffah, komplit dan sempurna sementara kondisinya sajacacat, sudah susah didunia apa mereka mesti susah diakherat juga ?!,

tetapibila dilihat dengan kaca mata Ilmu Hakekat (Kerohanian Islam)
maka akanterjawab yaitu ibadah mereka dengan Qalbu = Hati - Rohani.
Harap diketahui  bahwa manusia (insan) itu dinilai oleh Allahhanya dua macam, 
pertama hatinya danyang kedua adalah amalnya.
Pertanyaannya adalah siapa yangmemiliki dan mewarisi Hati - Qalbu mu'min yang lunak dan tenang ? 
Jawabannyaadalah Nabi Muhammad SAW, 
beliau jelas beriman, bertaqwa, kaffah betulIslamnya. 

Pertanyaan yang kedua  adalahsiapa sih ... ! pemimpin kita (Ummat Islam itu) ?, 
dengan jelas dan tegas bahwa pemimpin ummat Islam : 
Pertama Allah SWT, Kedua Rasul-Nya (Utusan , Kekasih-Nya = Muhammad SAW) 
dan yang Ketigaadalah Orang-orang yang beriman(Para Ulama = Sholihiin, Shiddiqiin, Syuhada, Waliya Mursyida), 
kita sekarangini hidup dijaman Orang-orang yang beriman alias dijaman Ulama 
(lihat QS. AlMaidah, ayat 55-56).

Pertanyaan selanjutnya adalah kriteria - klasifikasi yang bagaimanakahorang-orang yang beriman itu ?! 
Untuk menjawab itu referensinya adalah bahwamereka (kaum Mukminin), 
harus dan mutlak yang segaris dengan ajaran Al Qur'andan Sunnah - Hadits
IstilahnyaAhlus Sunnah wal Jamaah, baik yang bersifat zahir - jasmani dan batin-rohaninyasegaris di Tali Allah. 
Oleh sebab itu secara khusus mereka itu (kaumMukminin yang berhati lunak dan tenang) jelas-jelas mereka yang dikehendakioleh Tuhan Allah SWT ! (Mereka = Hamba-hamba pilihan-Nya, yang dihatinya diberiNur, Nur Muhammad). 
Lantas dimana dan bagaimanakah letak Nuruun ‘ala Nuurin (Nur Muhammad) yangdiberikan-Nya kepada hamba-hamba yang dikehendaki itu?, 
Nur itu letaknya diHati = Rohani = Qalbu, dan Nur itu sebagai Al Wasilata = Tali Allah. 
(lihat QS.An Nur, ayat 35). 
Referensinya bahwa kita beragama itu bukan terletak hanya dijasmaniah - bersyari'at saja (termasuk di otak) yang bersifat kasar(materi),  
jasmani hanya sebagai alatsaja, yang berkapasitas sangat terbatas. 
Sedangkan Rohani = hati, qalbu sajatanpa diberikan al wasilata - Tali Allah yang berupa Nuruun ‘ala Nuurin maka tidak akan sempurna, 
hanya sebatas sebagai catatan amal saja.

Kesimpulannya
kita wajib memfokuskanrohani kita ke rohani Sang Mursyid - Ahli Silsilah Thariqatullah yang telahbersatu - terfokus kepada Rohani utama Rasulullah SAW, 
sedangkan kita  tentunya diguide - handle - dituntun oleh mereka - para Mursyidana 
(Ahladz dzikir =Ulama warshatul anbya dimana ruhani-ruhani mereka telahdisucikan oleh Allah SWT) 
sebagai Aparat - Instruments-NYA, yang telahtertanam  Al Wasilata = Nur Muhammad =Nuruun ‘ala Nuurin sebagai Tali Allah, menujuke hadirat Allah Yang Maha Hidup, Maha Qadim, Maha Halus dan Maha Segalanya.
Usaha penggabungan antara rohani kitadengan rohani para mursyidana serta Rohani Rasulullah SAW ( 3 in 1 ) yangdidalamnya telah terpasang saluran-NYA (Channel, Al-Wasilata), 
(CATATAN : Penggabungan ruhani disini bukanlah lalukemasukan-kesurupan, sebagaimana ilmu kebatinan yang kita lihat dan kita dengaryang substansinya dipastikan berisi selain unsur Allah yaitu berisi unsurSyaitan, Jin dan sebangsanya yang bukan ajaran Islam serta diluar Tauhid Islamwalaupun menggunakan Ayat-ayat Al-Quran).

Betapa tinggi dan beruntungnya kondisimereka yang telah bergabung ruhaninya di garis Tali Allah dan mendapatkanNuruun ‘ala Nuriin – Nur Muhammad - Al Wasilata – channel sehingga shalatnya menjadikhusuk, 
suatu pekerjaan yang amatsangat diperlukan sekali dan dilaksanakan setiap kita beribadahagar dapat bersama-sama bermakmum dan berimam denganRohani Rasulullah yang khalis mukhlisin, 
sebagai tanda abdi kita yang setinggitingginya dan amat suci murni terhadap Al Malikul Mulki yang Wahdahu LaaSyarikalaah.

Kelihatannya, keterangan diatas itupanjang dan sangat sulit, 
namun sesungguhnya mudah dan temponya sangat singkat, itu jugasewaktu melakukan sholat yang letaknya di hati/qalbu, 
sebagai titik a materididalam diri seorang mu'min, 
istilah dalam Ilmu hakekat disebut Latifaturrabbaniyah
Perlu dicatat bahwa meski hanya sedetik ukuran  demensi kita (terbatas), 
dan bila masuk dalam demensi yang takterhingga (alam Illahiyah- faktor Rabbaniyah) maka hasilnya pasti tak terhingga pula.  
Sebab satu-satunya mahluk di dunia ini ( lebih dari 15 abad yanglalu hingga kini dan sampai kiamat ) 
yang pernahberjumpa ke hadirat Tuhan Allah Ta'ala hanya ada satu manusia pilihan yaituNabi Muhammad SAW
Sewaktu peristiwa agung Isra  Miraj  Nabi Muhammad SAW.

Di bawah ini kami contohkan logikapraktis tentang hubungan manusia dengan Allah SWT.

Contohkongkret yang pertama :
Bila kita (hati-qalbu-ruh)diumpamakan bola lampu, 
maka sebagai mediator - al wasilata untukmeng-hidup-kan harus pakai listrik(Tali Allah), 
kita ikuti para orang mukmin yang hatinya sudah terpasang nuruun ala nuurin dan kitadisetting di iguhke, di prenahke (bahasajawa) oleh Mursyid = ahladz dzikir  untuk berhubungan langsung denganlistrik dan akibatnya lampu kita menjadi hidup (nyala). 
Dengan lain bahasa bahwa kita (ruhani - hati )di setting - di iguhkan di dalam dan bersatu dalam  3 in 1 yaitu Ruhani kitaRuhaniMursyidanaRuhani Rasulullah SAW dantelah segaris dengan Tali Allah  = Al Wasilata (Nuurun ala Nuurin = NurMuhammad) menuju kehadirat Allah SWT.

Contohkongkret yang kedua :
Penggabungan Rohani/qalbukita dengan rohani Rasul adalah syarat mutlak dalam thariqatullah - IlmuKerohanian Islam, 
seperti diumpamakan : 
Kita mesti paham bahwa mana yang kawat dan mana yang listrik
karena kedua-duanya mempunyaibentuk yang sama. 
Kawat adalah penghantar saja, tetapi ia bukan listrik dankedua-duanya sangat berhampir satu sama lain, 
dan bentuknya sama tapi tidakbersyarikat !. 
Bila dimanapun kita pegang kawat itu, si-listrik-nyalah yang akan MENYETRUM kita bukan si kawat yang nyetrummelainkan sang listrik, 
karena kedua-duanya  sangat   berhampiran   satu sama  lain walaupun tidak bersyarikat
dan bentuk keduanya persis sama sajapada waktu itu, 
namun si kawat tidak menjadi listrik, dan listrik tidak akanpernah menjadi kawat !.

Banyak lagi contoh-contohyang tidak kami cantumkan di tulisan ini, 
dan semoga kaum muslimin - muslimatdapat hikmah dari keterangan yang sangat berharga ini sehingga kaummuslimin menyegerakan untuk mendapatkan ilmunya yang di dalamdada para Mursyidana yang tahqiq(selalu) di garis Tali Allah syari`i 
(Al Qur`an dan AlHadits disamping Ijma` Ulama dan Qiyas) 
dan di garis Tali Allah haqiqi(silsilah rohaninya nyata benar sambung menyambung hingga sampai ke rohani NabiMuhammad Rasulullah SAW) 
demi untuk kesempurnaan ibadah kita dalam meraih kehidupan duniawi dan kehidupanukhrowi yang di ridhoi Allah SWT. 
Amin … 
Ya Rabbil `alamin.


Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Nb :
"Goresan Hati Ayahanda Guru Mursyid yg tertuang dalam untaian kata yang membentuk kalimat dilisan."