Jumat, 22 Mei 2015

HANYA SATU JALAN MENUJU ALLAH SWT

Bismillah....

Ketahuilah – semoga Allah merahmatimu - bahwa jalan yang menjamin nikmat Islam bagimu hanya satu, tidak bercabang.
Allah telah menetapkan keberuntungan hanya untuk satu golongan saja. Allah berfirman.

"Mereka itulah golongan Allah.
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung".
[Al Mujadalah:22].

Dan Dia (Allah) menetapkan kemenangan hanya untuk mereka pula.
Allah berfirman.

"Dan barang siapa mengambil Allah, RasulNya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya,
maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang".
[Al Maidah:56].

Bagaimanapun,
jika anda mencari dalam kitab Allah dan Sunnah Rasulullah SAW,
maka anda tidak akan menemukan di dalamnya (dalil) pengkotak-kotakan umat kepada jama’ah-jama’ah, partai-partai atau golongan-golongan, kecuali perbuatan itu dicela dan tercela.
Allah berfirman.

"Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka,
dan mereka menjadi beberapa golongan.
Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka".
[Ar Rum:31-32].

Bagaimana mungkin Allah mengakui dan melegitimasi perpecahan ummat, setelah Dia memelihara mereka dengan tali (agama)Nya?
Lagi pula, Allah telah melepaskan tanggung jawab NabiNya - Muhammad SAW - atas umatnya,
manakala mereka berpecah-belah, dan (Dia) mengancam mereka atas perpecahan tersebut.
Allah berfirman.

"Sesungguhnya orang-orang yang memecah-belah agamanya dan mereka (terpecah) menjadi beberapa golongan,
tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu terhadap mereka.
Sesungguhnya urusan mereka hanyalah (terserah) kepada Allah,
kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat."
[Al An’am:159].

Dari Muawiyah bin Abu Sufyan Radhiyallahu 'anhu berkata,
ketahuilah, bahwasanya Rasulullah SAW pernah berdiri di tengah-tengah kami, lalu bersabda.

Ketahuilah, bahwasanya Ahlul Kitab sebelum kalian terpecah menjadi tujuh puluh dua golongan.
Dan bahwasanya, umat ini akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan.
Tujuh puluh dua di neraka, dan hanya satu yang di surga,
yaitu Al Jamaah.

Mengomentari hadits ini, Amir Ash Shan’ani rahimahullah berkata,
“Penyebutan bilangan pada hadits ini,
bukan untuk menjelaskan banyaknya orang yang binasa.
Akan tetapi, hanya untuk menerangkan luasnya jalan-jalan kesesatan dan cabang-cabang kesesatan, serta untuk menjelaskan bahwa jalan kebenaran itu hanya satu"

Hal ini, sama dengan yang telah disebutkan oleh ulama ahli tafsir berkaitan firman Allah SWT.

"Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalanKu yang lurus,
maka ikutilah dia;
dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain),
karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalanNya"
[Al An’am:153].

Pada ayat ini,
Allah SWT menggunakan bentuk jamak pada kata yang menerangkan “jalan-jalan yang dilarang mengikutinya”,
guna menerangkan cabang-cabang dan banyaknya jalan-jalan kesesatan serta keluasannya.
Sedangkan pada kata “jalan petunjuk dan kebenaran“,
Allah SWT menggunakan bentuk tunggal. (Ini) dikarena jalan al haq itu hanya satu, dan tidak berbilang.

Dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu 'anhu, ia berkata.

Rasulullah SAW membuat sebuah garis lurus bagi kami,
lalu bersabda,
”Ini adalah jalan Allah,”
kemudian beliau membuat garis lain pada sisi kiri dan kanan garis tersebut, lalu bersabda,
”Ini adalah jalan-jalan (yang banyak).
Pada setiap jalan ada syetan yang mengajak kepada jalan itu,”
kemudian beliau membaca.

"Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalanKu yang lurus,
maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalanNya.
[Al An’am:153]. [3].

Redaksi hadits ini menunjukkan, bahwa jalan (kebenaran) itu hanya satu.

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
”Dan ini disebabkan,
karena jalan yang mengantarkan (seseorang) kepada Allah SWT hanyalah satu.
Yaitu sesuatu yang dengannya (besertaNya),
Allah mengutus para rasulNya dan menurunkan kitab-kitabNya.
Tiada seorangpun yang dapat sampai kepadaNya,
kecuali melalui jalan ini.
Seandainya manusia datang dengan menempuh semua jalan,
lalu mendatangi setiap pintu dan meminta agar dibukakan,
niscaya seluruh jalan tertutup dan terkunci buat mereka;
terkecuali melalui jalan yang satu ini.
Karena jalan inilah, yang berhubungan dengan Allah dan bisa mengantarkan kepadaNya.

(Menyimpulkan) dari pendapat Ibnul Qayyim di atas,
maka jelaslah jalan yang dimaksud.
Dan jelas, bahwa jalan yang dimaksud disini, ialah “rukun yang kedua” dari rukun tauhid. (Yaitu) setelah syahadat (persaksian) bahwa tidak ada sesembahan yang haq selain Allah,
maka (yang kedua,) persaksian bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Dan (kalimat) ini, juga menjadi syarat kedua diterimanya suatu amal ibadah.
Karena -sebagaimana sudah diketahui- bahwa amal ibadah tidak akan diterima, kecuali setelah memenuhi dua syarat; Pertama, mengikhlaskan agama (ketaatan) karena Allah semata.
Kedua, dalam beribadah hanya dengan mengikuti (cara yang dicontohkan) Rasulullah SAW..

Pada kesempatan ini, saya tidak bermaksud menjadikan untuk kaidah yang mashur ini sebagai dalil dalam pembahasan ini.
Sebab, tujuan utama bahasan ini untuk menjelaskan bahwa jalan yang pernah ditempuh Rasulullah SAW,
itulah satu-satunya jalan yang bisa mengantarkan seorang hamba kepada Allah Azza wa Jalla.

Tujuan penyampaian ini, juga untuk menjelaskan,
bahwa jalan itu hanya satu.
Sehingga tidak boleh berdusta mengatas-namakan Rasulullah SAW dengan menda’wahkan,
bahwa jalan menuju Allah Azza wa Jalla itu (jumlahnya banyak,),
sejumlah bilangan nafas manusia.
Atau ungkapan-ungkapan lain,
yang menurut agama Allah SWT yang datang guna menyatukan pemeluknya dan bukan untuk memecah-belah mereka- jelas nyata kebathilannya.
Allah berfirman.

"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah,
dan janganlah kamu bercerai-berai,
dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan,
maka Allah mempersatukan hatimu,
lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang yang bersaudara "
[Ali Imran:103]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar